Kamis, 26 September 2013

CVA



hhmmm mumpung masih fresh.. hehe karena ruang terakhir profesi kemaren dapet di stroke unit. jadi pengen bahas tentang CVA (Cerebral Vaskular Accident) atau yg dikenal dengan stroke.
kali ini aku khususkan postingan ini buat temen-temen perawat, karena ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan implementasi pasien stroke. melihat dari banyaknya temen-temen praktek yang memilih implementasi yang kurang tepat dan ada yang sudah tepat tetapi belum tahu benar rasionalnya. sebenarnya postingan ini terinspirasi dari salah satu pembimbing di ruangan, sekaligus beliau juga yang mengajarkan beberapa hal yang akan aku bahas kali ini.

semoga suatu saat aku bisa bikin postingan dengan tema kesehatan buat temen-temen non medis, jadi kita bisa sharing dengan mudah di sini ;) sabar yaa.. tunggu postingan2 selanjutnya. hehe

oke. ayo kita mulai. untuk teori CVA sendiri aku yakin teman-teman sudah hapal. bahkan di luar kepala. mulai dari definisi sampe ke askepnya. kali ini yang akan aku bahas mengenai resusitasi pasien stroke dan implementasi apa aja yang harus dilakukan perawat.

1. Head Elevation 30 degree
Menaikkan kepala pasien setinggi 30 derajat dari tempat tidur, ternyata berfungsi untuk memperbaiki jugular venous outflow dan menurunkan TIK. Kepala harus dalam posisi di sumbu tengah (midline), dan tolehan kepala ke salah satu sisi juga harus dihindari, tapi harus diperhatikan disini pada pasien hipovolemia HE 30 degree tadi bisa menyebabkan penurunan TD

2. Observasi Status Hemodinamik
Status hemodinamik meliputi TTV tensi, nadi, suhu, RR.. kalo bisa tiap jam.. idealnya ruangan akut stroke memang dilengkapi dengan monitor hemodinamik. untuk memantau kondisi dan juga menentukan implementasi lanjutan, selain itu bisa juga kita lakukan Pemantauan Fungsi Neurologis dan Kardiopulmoner sembari mengobservasi status hemodinamik ini, bisa dinilai berulangkali menggunakan standard stroke scale seperti National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) dan skala koma seperti GCS

3. Oksigen sesuai dengan Kebutuhan
Tidak bisa semua pasien kita beri O2 lewat Nasal, atau NRBM.. kita hitung dulu kebutuhan oksigennya. jangan sampai hipoventilasi atau hiperventilasi. ngomong-ngomong tentang hiperventilasi, beberapa kasus kadang harus kita  buat dalam kondisi hiperventilasi, dengan berkolaborasi dengan tim dokter tentunya. mengapa demikian? ternyata membuat hiperventilasi merupakan salah satu tindakan paling efektif dalam upaya menurunkan TIK dengan cepat. Reaktifitas pembuluh darah intraserebral terhadap CO2 (CO2 reactivity) merupakan mekanisme normal dalam otoregulasi (regulation of CBF). Studi eksperimental yang menggunakan pial window technique jelas membuktikan aksi CO2 pada pembuluh darah serebral dipicu adanya perubahan dari extracellular fluid pH. Molekul CO2 dan ion bikarbonat masing-masing gak punya vasoaktivitas independen terhadap pembuluh darah serebral. Akibatnya tindakan hiperventilasi konsisten bisa menurunkan TIK. Tapi, meskipun hiperventilasi efektif menurunkan TIK, penggunaan yang agresif dan tidak selektif dari modalitas terapi ini untuk secara substasial menurunkan tekanan PCO2 akan berdampak merugikan, terutama oleh karena efek ikutannya yang mengakibatkan penurunan CBF. Karakteristik lainnya dari hiperventilasi yang menghalangi kegunaannya dalam mengatasi intracranial hypertension adalah efeknya yang berlangsung sementara (transient nature). Oleh karena ruang ekstraselular jaringan otak segera mengadaptasi perubahan pH yang ditimbulkan oleh hiperventilasi, maka efeknya terhadap CBF dan TIK juga berlangsung sementara. Dalam kenyataan, setelah penderita menjalani hiperventilasi selama >6 jam, terjadinya normalisasi arterial PCO2 yang berlangsung cepat mengakibatkan rebound increase yang signifikan pada TIK. Target tekanan PCO2 untuk tindakan hiperventilasi adalah 30 sampai 35 mm Hg. Tidak direkomendasikan memberikan tekanan PCO2 yang lebih rendah. jadi intinya dalam terapi O2 ini kita harus pantau juga analisa gas darah atau BGAnya. selain untuk tahu terjadinya hipoksia bisa tahu juga adanya gangguan keseimbangan asam basa, sehingga dapat membantu dalam pemberian terapi.

4. Balance Cairan
Pasien stroke biasanya dapet terapi manitol dan diuretik, ini harus disertai dengan observasi dan juga follow up secara ketat. lebih jelasnya, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien stroke itu disebabkan karena respon simpatis terhadap adanya injuri neuron akibat iskemik atau hemoragik. jadi subtitusi cairan/elektrolit yang ga seimbang terjadi.

5. Kolaborasi Terapi Medis
Ketika kita menjalankan AP, kita juga harus tahu rasional dari masing-masing terapi, dalam rangkaian Brain Supportive Therapy biasanya meliputi Pengendalian TIK dan CPP/ Pengendalian Glukose/Prevensi dan Terapi Kejang/Pengendalian Suhu Tubuh, jadi terapi yang dilakukan ada Analgesia dan Sedasi, Blokade Neuromuskular, Tindakan Barbiturate Coma, Pengendalian Kadar Glukose, Obat Antiepileptik, dll (tolong teman-teman pelajari mekanisme dan rasional dari masing-masing tindakan medis, kalau butuh bahan bisa komen di post ini nanti aku kirimi :D )

6. Merubah Posisi (Miring Kanan Kiri) tiap 2 jam sekali
Imobilisasi dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan dapat menyebabkan kontraktur permanent, hindari posisi duduk/berbaring yang lama dimaksudkan untuk mencegah kontraktur fleksi panggul, ubah posisi bahu mencegah kontraktur bahu, snagga tangan mencegah edema dependen dan kontraktur fleksi pada pergelangan, dan bebat tangan mencegah kntraktur fleksi/ekstensi jari.. hhmm kalo untuk poin ini sebenarnya bisa dilakukan saat kondisi pasien sudah stabil.

itu tadi resusitasi awal ketika pasien stroke datang ke ruang akut stroke, bukan datang ke UGD lho ya. karena beda lagi implementasinya.. semoga tidak terulang lagi ada kejadian perawat membuat askep di implementasinya tertulis "batasi pengunjung".. karena untuk apa? di ruangan kan sudah jelas kalo pengunjung ga boleh masuk. hehe, jadi lebih baik kita memperhatikan hal-hal penting lainnya yang ternyata menjadi tanggung jawab kita :)

keep spirit :*

sumber: Penuntun Manajemen Perdarahan Intraserebral Spontan Usia Dewasa (AHA/ASA guideline 2012) dengan bahasa yang saya rangkum sendiri ;)


xoxo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar